Penguatan Kompetensi Global Farmasi menghadapi Era Disruptive melalui Pendidikan Tinggi Farmasi

Dampak dari era disruptif terhadap pelayanan kesehatan secara umum, dinyatakan oleh WHO sangat terkait dengan kesehatan digital. Kesehatan digital adalah ilmu dan aplikasi yang terkait dengan perkembangan teknologi digital dalam perbaikan pelayanan kesehatan. Teknologi dan transformasi digital berubah sangat cepat di mana harus diikuti dengan rancangan sistem kesehatan dan perubahan ekosistem dalam informasi. Penggunaan berbagai macam teknologi seperti kecerdasan artifisial membuka peluang untuk perbaikan pelayanan kesehatan, akses pelayanan kesehatan, dan perbaikan luaran kesehatan. Beberapa teknologi yang sudah berkembang adalah rekam medik elektronik, dan saat ini sudah bermunculan aplikasi dalam mobile phone, wearable technologies, telehealth dan telemedicine, kecerdasan artifisial, teknologi robot dan teknologi -omics. Teknologi digital juga mendukung perkembangan kesehatan digital, antara lain internet of things, advanced computing dan analisis mahadata. Perkembangan teknologi ini, banyak mendatangkan keuntungan, namun juga tidak lepas dari beberapa risiko yang muncul, seperti perbedaan layanan kesehatan, perlindungan data pribadi dan keterbatasan kecerdasan artifisial.

Kesehatan digital mempunyai definisi cukup luas dan akan terus berubah sesuai dengan kebutuhan teknologi kesehatan. Saat ini, pasien lebih tertarik kepada informasi yang diperoleh dari berbagai media, dan kemudian informasi tersebut dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan mereka. Kemudahan akses informasi dan variasi media, membuat masyarakat lebih percaya diri dalam menjaga kesehatan mereka. Beberapa penelitian juga menyatakan bahawa, meskipun pasien sudah memanfaatkan teknologi kesehatan, namun mereka tetap membutuhkan diskusi dengan petugas kesehatan. Adanya kesehatan digital juga memungkinkan kolaborasi antar tenaga kesehatan sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan layanan kepada pasien. Adaptasi terhadap kesehatan digital dan pemenuhan standar literasi digital merupakan kuncu utama pemenuhan komppetensi di level internasional.

Pada tahun 2030. Salah satu agenda dari kesehatan digital adalah terkait Sustainable Development Goals (SDGs), dimana akan lebih fokus kepada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta peningkatan hubungan internasional. Fokus SDG ini akan menjembatani perkembangan digital dengan pembangunan pengetahuan masyarakat mengenai teknologi digital. Kesehatan digital akan menjadikan ekosistem kesehatan yang lebih baik dan memastikan efisiensi sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam rangka pencapaian SDG.

Dalam bidang kualitas pendidikan, SDG juga berperan dalam memperbaiki sistem pendidikan dan pembelajaran agar lebih sesuai dengan perubahan teknologi yang sangat cepat. Ketercapaian SDG dalam bidang industri, inovasi dan infrastruktur akan menghasilkan perbaikan ekonomi yang pada akhirnya akan berpengaruh ke lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat.

Oleh karena itu, WHO kembali mencanangkan Strategi Global terhadap kesehatan digital, untuk memperbaiki kesehatan, meningkatkan pembangunan dan adaptasi terhadap solusi kesehatan digital yang tepat, teraksis, terjangkau dan bertahan dalam jangka waktu lama. Visi dari kesehatan digital adalah: layanan kesehatan yang terjangkau, tidak membedakan pelayanan dan dapat diakses masyarakat. Visi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan sustainabilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tidak membeda-bedakan. Hal ini mencakup aspek promosi kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosa, manajemen, rehabilitasi dan pelayanan paliatif dalam sistem dimana menghargai informasi pribadi dan keamanan data pasien.

Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan tinggi farmasi, harus secepatnya beradaptasi dan mengadakan perubahan dan/atau perbaikan dalam 3 hal, yaitu:

  1. kualitas mahasiswa baru (input),
  2. proses belajar mengajar (proses) dan
  3. capaian kompetensi minimal sebagai output.

http://kongres.douse.web.id/